Namanya Treebeard, pohon tua di Hutan Fangorn dalam trilogi Lord of The Ring. Treebeard kehilangan kepercayaan karena hutan tempat ia tinggal pernah dihancurkan oleh para orc atas perintah Saruman, seorang penyihir jahat. “I’m on nobody’s side because nobody is on my side, little orc. Nobody cares for the woods anymore.”Demikian kata Treebeard dengan penuh keputusasaan. Dan aku, akan berkirim surat kepadanya, meyakinkannya kembali bahwa masih banyak orang yang peduli.
Dear, Treebeard
Apa kabarmu di
tengah rimba Fangorn sana? Kuharap, kamu tumbuh subur bersama kawan-kawanmu,
dengan akar yang kuat dan daun-daun yang lebat.
Treebeard,
Aku masih ingat
ketika kamu berkata, “... Nobody cares for the woods anymore.”
Aku paham,
sebagai pemimpin pepohonan yang kecewa, yang kehilangan teman dan saudaranya
karena hutan ditebang secara liar oleh para orc atas perintah Saruman, wajar
jika kamu berkata demikian. Ucapanmu seolah mewakili banyak pohon di seluruh
belahan dunia. Andai pohon-pohon itu bisa bicara sepertimu, mungkin mereka akan setuju.
Hutan Djawatan Banyuwangi |
Begitu juga saat kulihat data luasnya deforestasi di pulau-pulau besar di Indonesia, di antara rasa sedih dan miris, aku kembali teringat ucapanmu, “Nobody cares for the woods anymore.” Dari tahun 2009-2013, di Pulau Sumatra saja, deforestasi hutan mencapai 1,53 juta hektare.
Luas hutan di
Indonesia sekitar 120 juta hektare atau 63% dari luas daratan. Dengan hutan
seluas ini, Indonesia menjadi negara yang memiliki hutan terluas ketiga di
dunia. Sayangnya, setiap tahun, deforestasi membuat luas hutan
berkurang. Belum lagi ditambah kebakaran hutan dan lahan yang totalnya mencapai
jutaan hektare.
Dear, Treebeard,
bacalah ceritaku ini. Dan setelah itu, kuharap kamu meralat ucapanmu. Sebab
banyak orang yang peduli pada hutan.
Beberapa waktu
lalu aku berbincang panjang dan mendalam dengan seorang pria yang sangat peduli
pada hutan. Namanya A'ak Abdullah al-Kudus, pendiri Laskar Hijau yang sampai
sekarang aktif merawat dan menjaga hutan lindung di kawasan Gunung Lemongan,
Lumajang.
A'ak Abdullah al-Kudus |
Sebelumnya, hutan di kawasan tersebut banyak ditebang secara liar dan dibakar untuk dibuka menjadi lahan sengon. Hal itu terjadi selama bertahun-tahun. Akibatnya, hutan rusak, air danau surut, banjir bandang di musim hujan, dan ancaman krisis ekologi. Masyarakat sekitar tidak tinggal diam. Mereka menamakan kelompoknya Laskar Hijau dan mulai melakukan penghijauan di kawasan hutan di Gunung Lemongan. Sekitar 50% pohon yang ditanam adalah pohon bambu yang mampu menampung 0,8 kubik air per rumpun, sehingga muncul mata air baru. Selebihnya, mereka menanam banyak pohon buah-buahan, seperti nangka, sirsak, jambu monyet, alpukat, durian, dan masih banyak lagi. Buah-buahan tersebut akan memberi manfaat secara ekonomis kepada warga sekitar yang hidup berdampingan dengan hutan selama bertahun-tahun.
Banyak tantangan serta ancaman yang dihadapi oleh Laskar Hijau selama ini. Sebab, masih ada saja orang yang membakar hutan guna membuka lahan untuk ditanami sengon yang dianggap lebih bernilai ekonomis. Bahkan kasus tersebut tak bisa lagi diselesaikan secara kekeluargaan. Laskar Hijau membawa pelaku perusakan hutan ke pengadilan untuk diproses secara hukum. Akhirnya, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lumajang memvonis terdakwa perusak hutan lindung dengan hukuman 8 tahun penjara dan denda 10 miliar rupiah.
Usaha memang tak
mengkhianati hasil. Begitu
pun dengan usaha yang dilakukan oleh Laskar Hijau. Jika dibanding belasan tahun
lalu, hutan di Gunung Lemongan sudah jauh berbeda. Hutan yang dulu gundul dan
mengering, kini ditumbuhi pepohonan tinggi menjulang. Beberapa satwa, seperti
kucing hutan, kadang terlihat di sela-sela rumpun bambu. Cericit burung beradu
dengan bunyi tonggeret, khas suara-suara di hutan.
Serumpun bambu di hutan Lemongan |
Bagaimana,
Treebeard, kamu masih percaya bahwa tidak orang yang peduli pada hutan lagi?
Laskar Hijau
adalah salah satu contoh sekelompok warga lokal di sekitar hutan yang merawat
dan menjaga hutan tersebut. Selain mereka, di daerah-daerah lain juga banyak
orang yang peduli. Tidak hanya mereka yang tinggal berdekatan dengan hutan,
tetapi juga masyarakat secara luas, bahkan yang tidak berinteraksi dengan hutan
secara langsung.
Hah? Bagaimana
mungkin mereka bisa peduli pada hutan? Mungkin kamu akan bertanya seperti itu,
kan, Treebeard?
Baiklah, kamu
masih harus bersabar membaca suratku ini. Sebab masih banyak yang ingin kuceritakan.
Hutan pinus Mangunan, Bantul |
Masih banyak
orang yang peduli pada hutan, karena menjaga hutan sama dengan menjaga
kehidupan. Hutan sebagai penghasil oksigen menjadi paru-paru dunia yang
berkaitan dengan keberlangsungan hidup banyak makhluk, tak hanya manusia. Hutan
juga menjadi benteng utama untuk melawan pemanasan global. Selain itu, hutan
adalah rumah bagi beragam flora dan fauna, area konservasi terbaik, sekaligus
salah satu penyumbang devisa negara. Karena itulah, perlu ditetapkan Hari Hutan Indonesia sebagai pengingat akan pentingnya fungsi hutan sehingga perlu dijaga
secara aktif oleh semua masyarakat. Tanggal 7 Agustus dipilih sebagai Hari
Hutan Indonesia, karena pada 7 Agustus 2019,Presiden Joko Widodo mengeluarkan Inpres
nomor 5 tahun 2019 tentang penghentian perizinan baru dan tata kelola hutan agar
hutan terjaga dan masyarakat sejahtera. Dan sekarang, siapa pun bisa ikut
berpartisipasi menjaga hutan melalui adopsi hutan.
Adopsi hutan
adalah gerakan gotong royong menjaga hutan yang masih ada, mulai dari pohon tegaknya,
hewannya, flora eksotisnya, serta keanekaragaman hayati lain di dalamnya
(harihutan.id). Saat ini, Hari Hutan Indonesia menggalang dana melalui campaign di kitabisa.com dan mengajak siapa pun untuk mengadopsi hutan. Setiap donatur yang
berdonasi melalui campaign tersebut, berarti ia telah mengadopsi hutan dan
turut menjaganya.
Saat ini, ada empat pengelola adopsi hutan yang akan dibantu menggunakan dana para adopter hutan:
- Forum Konservasi Leuser dan Yayasan HakA di Aceh;
- Komunitas Konservasi
Indonesia (KKI) WARSI di Sumatera Barat, Jambi, dan Bengkulu;
- Yayasan Alam Sehat
Lestari (ASRI) di Kalimantan Barat;
- PROFAUNA Indonesia di
Kalimantan Timur dan Jawa Timur.
Karena itulah,
Treebeard, aku menulis surat kepadamu. Aku ingin menceritakan bahwa banyak
manusia yang peduli. Aku juga ingin mengajak siapa pun yang membaca surat ini
untuk melakukan langkah kecil yang berdampak besar, yaitu adopsi hutan. Luasnya
hutan di Indonesia menjadikan hutan sebagai bagian dari identitas kita,
sehingga harus kita jaga.
Bagaimana,
Treebeard? Kamu percaya, kan, bahwa banyak yang peduli pada hutan? Maka, jangan
bersedih lagi, karena kami benar-benar peduli.
Sincerely;
Your big fan
Masih ada yang peduli kok, Treebeard..apalagi jika banyak yang bersuara mengajak bersama-sama menyelamatkan dan melestarikan hutan Indonesia, seperti lewat Hari Hutan indonesia dan segala gerakan yang dilakukan. Semoga tak hanya peduli tapi juga bergerak nyata untuk hutan yang terjaga
ReplyDeleteYup, bener banget. Peduli juga harus disertai aksi, misalnya dengan adopsi hutan.
DeleteInget banget adegan di mana Treebeard marah ketika banyak temannya berubah menjadi abu. Padahal, makhluk yang mengutamakan musyawarah untuk mufakat ini butuh waktu lama sekali untuk memutuskan sesuatu. Namun dengan melihat langsung abu teman dan keluarganya, cukup satu auman dan semua pasukan hutan datang menyerang
ReplyDeleteSemoga surat dari mbak Ayu ini juga sampai kepadanya ya
Kalo gak sampai, nanti aku titipkan elangnya Gandalf, Mas, hehehe....
Deletesemoga dengan adanya tulisan ini banyak teman-teman yang tau jika ingin berdonasi untuk hutan kita
ReplyDeleteAmin
DeleteLangkah kecil itu akan sangat berarti.
SAya kok jadi ingat para Hobbit yang berjalan dengan cerita tanpa alas kaki. Rasanya menyenangkan hanya mengingat itu.
ReplyDeleteSaya harap Treebeard salah.
Kami manusia masih mencintai hutan
Ingat Frodo dan kawan-kawannya dalam perjalanan ke Mordor.
DeleteMasih banyak yang peduli dengan, makanya ada hari Hutan Indonesia, banyak juga yang menanam pohon2 , dan berdonasi lewat kitabisa.com untuk hutan.
ReplyDeleteAlhamdulillah, banyak yg peduli.
Deletesaya selalu ingat scene threebeard waktu diperlihatkan hutannya mengalami alih fungsi lahan jadi menara SARUMAN, dia marah luara biasa. temen-temen lamanya banyak yang dibakar dan jadi bahan bakar. sedih pas adegan itu tapi puas begitu dia manggil pasukan pohon nya dan hancurin menara saruman.
ReplyDeletelho kok jadi bahas film, hahahaha
tapi sudah seharusnya sih kita marah seperti treebeard, melihat hutan banyak mengalami alih fungsi lahan dan di tebang. hidup manusia sedikit banyak bergantung sama hutan lho, terutama cadangan oksigen.
wah iyaa, saya ingat bagian ini.
DeleteBanyak pecinta LOTR rupanya yang komen.
Semoga kemarahan kita ini dapat disalurkan dalam bentuk positif seperti berpartisipasi dalam program seperti adopsi pohon.
Betuuul, scene itu memorable banget. Seru pas Treebeard memimpin para pohon menyerang menara Saruman.
DeleteBanyak juga perampo hutan. Tapi tidak kurang juga komunitas atau orang yang peduli dengan hutan. Keren A'ak Abdullah. Semoga terus diberikan kesehatan buat berkontribusi untuk Indonesia. Salam
ReplyDeleteAmin....
DeleteKeren emang beliau, beruntung bisa ngobrol lama dan berbobot sama beliau.
Pasti Treebeard senang baca sursurat ini kak. Semoga ke depan pun semakin bnyak yang bergerak demi lestari nya hutan ya.😊
ReplyDeleteNarasinya keren banget kak. Treebeard merasa beruntung dah yaa dia kalau baca ini. dan insyaAllah baca sih ya hehee siapa yang tau kan. Suksess kak!
ReplyDeleteHahaha, saat baca judulnya saya merasa bahagia ketemu teman Middle Earth. Nggak bayangin kalau akhirnya hutan hujan tropis di Indonesia akhirnya kebangun dan meminta pertanggung jawaban manusia, bisa-bisa nasib kita kayak Saruman sama para Orcs di Isengard. Semoga treebeard baca surat ini ya kak, kita masih cinta dan peduli sama merka kok. Always.
ReplyDeleteMemang selalu ada yg peduli dg lingkungan. Kalau kita belum bisa ikut menjaga dan peduli, setidaknya jangan ikut merusaknya
ReplyDeleteTreebeard yang dikirimi surat, aku yang terharu...
ReplyDeleteWah keren mas aak Abdullah dengan laskar hijaunya. Kuta jg bs jaga hutan dgn program adopsi hutan ya mbak ayuu
ReplyDeleteAh, andai semua tumbuhan yang dibakar di hutan itu pandai menjerit. Oknum yang membakar hutan itu menurut saya adalah kelompok orang yang tidak menghargai kehidupan
ReplyDelete