Neka Art Museum pagi itu, Kamis 25 Oktober 2018, penuh orang-orang yang menunggu. Hampir semua kursi telah terisi. Menyisakan satu dua kursi yang terselip di antara kursi-kursi lain yang nyaris berdempetan. Sebagian orang memilih berdiri di belakang serta samping kiri dan kanan. Mereka semua menunggu. Menunggu seorang perempuan hebat dan berpengaruh di negeri ini: Ibu Susi Pudjiastuti.
Siapa yang tak mengenalnya? Sosok menteri Kelautan dan Perikanan ini dikenal tegas, pekerja keras, dan sempat menimbulkan kontroversi saat diangkat jadi menteri pada tahun 2014 lalu oleh Presiden Joko Widodo.
Menyambut kedatangan Bu Susi (photo by ihsanculun) |
Tampil sederhana dalam balutan pakaian berwarna hijau, Bu Susi tetap terlihat cerdas, berkelas, dan cadas. Semua orang menyambutnya. Semua titik fokus lensa kamera dan lensa mata tertuju padanya. Saya sendiri rasanya hampir tak percaya bisa benar-benar bertemu Bu Susi secara langsung. In person.
Didampingi Rebecca dari BBC Indonesia sebagai moderator, Bu Susi menjadi pembicara tunggal dalam Main Program: Sink It! di hari kedua rangkaian Ubud Writers and Readers Festival. Dalam sesi ini, Bu Susi mengawalinya dengan bercerita bahwa dia telah “sukses” membuat Presiden Joko Widodo diprotes banyak orang lantaran menunjuknya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
Sesi Sink It! bersama Bu Susi dan Rebecca sebagai moderator (photo by ihsanculun) |
Detik-detik Bu Susi ditunjuk sebagai menteri menjadi momen yang tidak akan terlupakan sepanjang hidupnya. Dengan begitu detail, Bu Susi menceritakan bahwa saat itu, dia hanya di-briefing selama 2 menit di bandara pada jam 11 malam sebelum dirinya resmi diumumkan sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan keesokan harinya. Malam itu, Bu Susi baru kembali dari Amerika. Pertemuannya dengan Pak Jokowi sebenarnya untuk berterima kasih karena sudah men-charter pesawat milik Bu Susi ke banyak lokasi. Namun ternyata, satu hal di luar dugaan disampaikan kepadanya, dan dia tidak punya cukup waktu untuk menolak, meski secara jujur dia merasa tidak proper untuk mengabdi kepada negeri. Pun, dia tak punya latar belakang politik atau pendidikan tinggi.
“...I never finished my high school at all. So, that’s one of controversy why Joko Widodo is being protested by so many people because I don’t have any opportunity to finish my high school...” lalu dia meralat, “no... not that opportunity, I just quit my high school.”
Ucapan itu disambut tawa para audiens.
“Because I feel I am not fitting into the system,” ujarnya mengenai alasan berhenti sekolah.
Memutuskan untuk berhenti sekolah karena merasa tidak cocok dengan sistem, tentu ini sebuah keputusan besar yang diambil oleh Bu Susi di masa remajanya dulu. Dia tahu konsekuensinya, namun tetap berani melakukannya. Dia memilih belajar dengan caranya sendiri. Keberanian itulah yang menjadi salah satu kekuatannya, hingga kini saat menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
(photo by ihsanculun) |
Tak lupa, isu lingkungan dan kelautan juga disinggung oleh Bu Susi dalam sesi Sink It! tersebut. Dia mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik karena Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbanyak kedua di Indonesia. Betapa mencemaskan karena plastik-plastik tersebut turut mencemari laut dan lingkungan sekitar.
Bu Susi memang tidak hanya getol mengkampanyekan makan ikan, tetapi juga menjaga laut Indonesia. Sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, wajar dia melakukannya. Tetapi, apa yang dia lakukan lebih dari tanggung jawabnya sebagai menteri. Dia melakukannya karena cinta.
“My medicine, my doctor is the ocean. So, the blue of the sea, that’s my medicine.”
Kecintaannya pada laut terbukti dengan tetap menjaga kebersihan laut saat dia harus menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan. Kapal-kapal tersebut telah dibersihkan sebelum ditenggelamkan. Tidak ada lagi minyak atau kotoran-kotoran yang dapat mencemari lautan. Lantas, dengan komandonya, 1 2 3... kapal-kapal mulai ditembaki dan perlahan tenggelam.
Karena kebijakan inilah, kata “tenggelamkan!” kemudian begitu lekat dengan sosok Bu Susi. Tidak makan ikan, tenggelamkan! Padahal, dia tak menyangka kata-kata tersebut menjadi terkenal hingga banyak dijadikan meme oleh warganet.
“You don’t visit your girl friend Saturday night, tenggelamkan! You don’t bring money from your office to your wife, tenggelamkan! You don’t go pray on Friday, tenggelamkan!” kelakarnya, yang kemudian disambut tawa para audien.
(photo by ihsanculun) |
Aula Neka Art Museum menjadi begitu riuh dan ceria. Dengan gaya bicaranya yang khas diselingi kelakar yang memancing tawa, Bu Susi mampu membuat suasana begitu cair dan tidak monoton.
Sesi diskusi berlanjut dengan tanya-jawab. Salah satu pertanyaan menggelitik adalah tentang tato, meme, dan media sosial. Dengan santai sambil sesekali membetulkan posisi kacamata hitamnya, Bu Susi menanggapi bahwa media sosial memang membuka ruang diskusi, baik dari negatif menjadi positif atau sebaliknya. Punya tato bukanlah satu hal yang membenarkan kita untuk memberi label buruk pada orang lain. Tidak apa-apa punya tato, yang penting bekerja dengan baik. Dia juga mengakui bahwa media sosial membuatnya merasa kehilangan privasi, tapi hal itu tak jadi masalah. Sambil tertawa, dia mempersilakan siapa pun mengambil fotonya di media sosial.
audiens yang sebagian besar adalah WNA |
Berkali-kali ucapan Bu Susi disambut tepuk tangan atau tawa riuh para audiens. Di balik segala kontroversi yang ditimbulkannya, dia begitu memukau. Kerja kerasnya menunjukkan betapa dia sangat mencintai laut Indonesia.
“If you’re having to fix a lof of bullshits, then when are you going to have time to do real work?” Untuk kesekian kali, kalimatnya disambut tepuk tangan ratusan orang, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing yang begitu antusias mengikuti sesi ini. Melihat antusiasme mereka, entahlah… ada perasaan bangga, juga bersyukur. Bagaimanapun, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, memiliki seorang Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia adalah berkah bagi negeri ini, yang belum tentu dimiliki oleh negara lain.
Terima kasih, Bu Susi.
Tattoan gapapa asal kerjanya bagus. Daripada keliatannya santun, omongannya bawa-bawa agama tapi kerjanya ga bener lalu korupsi eh.
ReplyDeleteYang kayak gitu layak ditenggelamkan!!!
DeleteIbu yang keren namun penuh kontroversial.
ReplyDeleteSalut banget sih, meski tetep sebagai emak2 yang punya anak, saya berharap anak saya bisa mengambil contoh sikap yang baik dari seorang ibu Susy.
Dan tutup mata alias tidak meniru hal yang kurang pantas :)
Iya, nggak ada orang yang sempurna. Semua punya kekurangan dan kelebihan.
DeleteLebih suka dengan orang yang seperti Ibu Susy, karena kerja lebih okeh dengan penampilan yang banyak tatto dan merokok. Dari pada dengan orang yang penampilannya rapih tapi korupsi dan makan gaji buta, hihihi
ReplyDeleteYang korupsi baiknya ditenggelamkan saja. Hehehe
DeleteMentri favoritku. Kerja keras & kegigihannya membangun bisnis keren bangeet.. apalagi caranya ngomong, hahaaha seru buat ditonton :))
ReplyDeleteSesama pengagum Bu Susi. 😎
Deletesuper salut sama ibu ini. gak ada takutnya. sangat apa adanya dan bangga dengan jati dirinya. two thumb up.
ReplyDeleteMantap, ya. Tegas dan berprinsip.
DeleteWah....keren parah bisa hadir di acara ini. Bisa ketemu bu Susi dan penulis2 keren lainnya...semoga next bisa ikutan acara ini
ReplyDeleteAmin... ketemu di UWRF 2019 ya, Mbak.
DeleteDari awal suka sama Ibu satu ini. Mau dikata apa di sosial media..salut dan hormat saya untukmu Bu Susi!
ReplyDeleteYang kita lihat mustinya isi kepala buka chasingnya. Semoga Beliau selalu sehat dan terus semangat memperbaiki negeri ini.
Amin ya rabbal alamin
DeleteSeru ya bisa hadir di acara ini. Apalagi sebagian besar audiens adalah warga negara asing.
ReplyDeleteIya, di kebanyakan audiennya WNA, dan mereka antusias mengikuti tiap sesi.
DeleteWah senengnya bs sedeket itu sama Bu Susi, menteri yang punya dedikasi sama pekerjaannya. Dan baru tau kalo sebelum kapal ditenggelamkan harus dalam kondisi yang aman :)
ReplyDeleteSaya juga baru tau pas ikut sesi ini, Mbak.
Deletehappy sekali mbak bisa jumpa dan sedekat itu sama Ibu Susi.. Saya setuju banget kalau Indonesia memang beruntung bisa memiliki Mentri seperti Beliau ini
ReplyDeleteIyaa... beruntung sekali kita punya menteri sekeren Bu Susi.
DeleteAku baru tahu kalau beliau keluar dari SMA karena merasa enggak cocok dengan sistem. Berani banget membuat keputusan tersebut. Mantaplah!
ReplyDeleteAku juga baru tau. Biasanya masa remaja adalah masa-masa labil, tapi Bu Susi berani mengambil keputusan besar.
DeleteBu Susi.. emang antimainstream menteri yg satu ini. Aku suka sama ajakannya utk makan ikan, walaupun aku blm rajin2 bgt makan ikan hehe.
ReplyDeleteKalo aku rajin beli ikan, buat kucing. Hehehe
DeleteIbu Susi adalah menteri wanita favoritku, keberaniannya membuat orang-orang jadi respek sama Indonesia. Terus berjuang ya bu untuk Indonesia, tenggelamkan saja mereka yang nakal bu.
ReplyDeleteBerani, tegas, dan berprinsip. Kita bangga ya punya Bu Susi.
Deletesalah satu mentri terfavorit aku nih, entah mengapa ya, dari awak munculnya bu susi ini saya sudah dibuat kagum-kagum dengan kinerja dan pola pikirnya.
ReplyDeleteIbu satu ini selalu menjadi viral tapi beliau saya akui kinerjanya bagus sebagai menteri :)
ReplyDeleteIbu Susi ini contoh nyata dari istilah don't judge a book by its cover. Inget banget dulu tepat setelah pelantikan banyak yang protes soal penampilannya. Udah tatoan, ngerokok, eh gak lulus sekolah. Tapi akhirnya dia buktikan juga kemampuannya.
ReplyDeleteAku juga ngefans bangettttttt sama bu susi ini. Kemaren ada temenku yg dapat job buat foto2 beliau, itu dia tiap hari uoload foto bareng sama beliau dan beliau ngga nolak i
ReplyDeleteDari awal kemunculannya aku sudah jatih cinta sama beliau. Track record sebagai aktivia dan humanisnya secara gak langsung membuktikan bahwa beliau orang yang baik. Salute
ReplyDeleteIdolak emang bu susi tu.
ReplyDeleteBtw kyknya ada yg salah dg kalimat ini : "Dia mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik karena Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbanyak kedua di Indonesia"
*Ngedit editor* wkwkwkwk
Hahaha... Iya, harusnya "di dunia". Editor kan juga manusia. Makanya, tulisan editor pun tetap harus diedit soalnya mantan di seberang lautan tampak, gebetan di depan mata entah lari ke mana.
DeleteBu Susi keren. Si empunya blog ini juga keren.
ReplyDelete