Setelah bertahun-tahun bekerja, akhirnya aku tahu, pekerjaan paling berat adalah menjadi ibu. Ini bukan lebai, tapi menjadi ibu memang seberat itu. Bukan pula aku tidak ikhlas menjalani peran yang aku pilih dengan sadar, tetapi menjadi ibu menuntut banyak hal, melebih tuntutan pekerjaan. Ilmu, kesabaran, tenaga, finansial, kreativitas, kecerdasan, dan masih banyak lagi yang diperlukan untuk menjalankan peran sebagai ibu.
Sebagai seorang ibu baru, kadang aku merasa kewalahan dan kelelahan. Tapi aku ingin tetap berkarya, berdaya, dan berpenghasilan dari keringatku sendiri. Maka di tengah kesibukanku mendampingi buah hati, aku memilih tetap bekerja sebagai freelancer di bidang menulis dan editing naskah, sesuai dengan pengalaman kerjaku sebelumnya.
Hari-hariku tidak hanya sibuk mengejar toddler yang sedang aktif-aktifnya, tetapi juga sibuk mengejar deadline. Pikiranku tidak hanya seputar beli diapers, stimulasi, anak GTM, mikir menu makan malam, dll., tapi juga memikirkan, aduh mau nulis apalagi, ya, buntu, nih.
Di tengah kesibukan itu, aku bersyukur menjadi nasabah BRI. Pasalnya, transaksi dan digitalisasi BRI sangat membantu seorang ibu seperti aku, yang ingin mendampingi buah hatinya di rumah tapi tetap berkarya dan berpenghasilan.
Sebuah Tantangan Mendampingi Tumbuh Kembang Bayi Prematur
Anakku lahir prematur pada usia kehamilan 36 minggu (usia kelahiran cukup bulan minimal 37 minggu). Saat itu, aku mengalami ketuban rembes. Jadi, dengan berbagai pertimbangan, bayiku harus segera dilahirkan.
Karena usianya belum cukup bulan, ia terlahir dengan berat bayi lahir rendah (BBLR). Berat lahirnya hanya 2100 gram dengan panjang badan 47 cm. Setelah dirawat di NICU selama 11 hari, akhirnya bayi mungilku diperbolehkan pulang. PR terbesarku saat itu adalah menaikkan berat badan si bayi prematur ini. Dokter spesialis anak yang menanganinya meresepkan susu formula khusus bayi BBLR untuk mengejar kenaikan berat badan yang adekuat.
Sayangnya, cukup sulit mencari susu formula khusus BBLR ini. Berbeda dengan susu formula lainnya yang tersedia di mana-mana, susu yang satu ini tidak dijual di supermarket, apalagi minimarket dan toko kelontong. Susu ini hanya dijual di apotek-apotek besar. Stoknya pun tidak selalu tersedia.
Pernah suatu ketika suamiku harus mampir ke beberapa apotek besar dalam perjalanan pulang kantor untuk membeli susu formula ini, sebelum akhirnya ia berhasil membelinya di apotek dekat rumah sakit. Stoknya pun hanya tinggal satu. Di lain waktu, aku pernah bertanya via WA ke apotek tersebut, dan ternyata stoknya kosong. Padahal, stok susu di rumah hanya cukup untuk satu hari lagi.
Iseng aku cek di marketplace dan memfilter toko-toko di DIY saja. Syukurlah, ada beberapa apotek yang menjualnya, salah satunya di Sleman. Aku pun langsung checkout susu tersebut dan membayarnya lewat BRIMO. Keesokan harinya, paket susu itu sudah diantar kurir ke rumah. Selanjutnya, aku lebih sering membeli susu di marketplace agar tidak pusing keliling dari satu apotek ke apotek lainnya.
Ruam Popok Bikin Kapok
Setelah dirawat di rumah sakit selama 11 hari, akhirnya bayiku boleh dibawa pulang. Satu masalah selesai. Tapi muncul masalah lain, yaitu ruam popok. Sebagai ibu baru, apalagi dengan bayi prematur, aku cukup cemas dan bingung. Kuganti merek diapersnya, masih juga ruam. Bahkan hingga salep dari rumah sakit habis, ruam itu tak kunjung hilang. Seorang teman menyarankan untuk ganti diapers merek lain seperti yang dipakai anaknya. Alhamdulillah, aman. Ruamnya mulai sembuh dan tidak pernah muncul lagi.
Sekarang, anakku berusia 21 bulan, dan aku tetap menggunakan diapers merek tersebut untuk anakku. Sayangnya, diapers ini cukup langka. Jarang sekali toko kelontong dan minimarket di Bantul bagian Pandak ini yang menyediakan diapers merek tersebut. Namun, aku bersyukur menjadi ibu di era digital karena urusan beli diapers dan perlengkapan bayi lainnya bisa diakses lewat ponsel pintar. Pilih barang, beli, bayar lewat aplikasi BRImo, dan pesanan pun akan dikirim sampai depan pintu rumah. Semua serba mudah!
Mendidik Generasi Melek Literasi
Berdasarkan data Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek), 70% anak Indonesia diketahui hanya bisa membaca, tetapi tidak paham apa yang dibacanya. Sementara itu, menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, sebanyak 3,8% atau sekitar 9 juta penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami buta aksara fungsional, yaitu kondisi ketika seseorang hanya memiliki kemampuan dasar membaca dan menulis tetapi tidak cukup untuk memenuhi tuntutan sehari-hari.
Aku tidak ingin anakku menjadi bagian dari mereka yang buta aksara fungsional. Karena itu, jauh sebelum menikah dan punya anak, aku sudah berkomitmen dengan diri sendiri untuk mengenalkan buku kepada anak sedini mungkin. Apa pun cita-cita dan impiannya kelak, aku berharap ia akan menjadi pencinta buku dan ilmu. Maka, aku pun mengenalkan buku kepadanya, bahkan sejak ia masih bayi. Aku rutin membacakan buku setiap hari, berulang kali.
Dengan membacakan buku sedini mungkin, ia akan terbiasa melihat, mendengar, dan terpapar teks tulis untuk melatih kemampuannya memahami. Kupilihkan buku-buku cerita anak sesuai usianya. Namun, karena aku tinggal di desa, jarak ke toko buku cukup jauh sehingga sejak punya anak aku belum pernah jalan-jalan ke toko buku lagi. Padahal dulu hampir setiap bulan aku selalu ke toko buku.
Untunglah di zaman serba online ini semua jadi mudah, termasuk membeli buku. Buku-buku terbaru sudah bisa dibeli secara online. Hal ini sangat membantuku sebagai ibu dengan toddler yang sedang aktif-aktifnya. Aku tetap bisa mendapatkan buku terbaru untuk anakku tanpa harus jauh-jauh ke toko buku. Lagi-lagi, pembayaran lewat aplikasi BRImo juga turut memudahkanku mendapatkan buku-buku terbaik untuk si kecil.
BRImo, Satu Aplikasi Banyak Solusi
Modern problems require modern solutions. Menjadi ibu di era modern terkadang membuatku berandai-andai. Andai aku menjadi ibu 30 tahun lalu, pasti bayi prematurku bukannya diberi susu khusus BBLR, tapi malah dicekoki pisang dan nasi lumat. Andai aku menjadi ibu 30 tahun lalu, mungkin aku tidak akan bingung memilih merek diapers karena kebanyakan bayi-bayi saat itu tidak memakai diapers.
Tapi nyatanya, aku menjadi ibu sejak 2023, ketika semua hal serba digital. Masalah yang aku alami adalah problem ibu modern, yang tidak dialami oleh ibu-ibu zaman dulu. Karena itu, masalahku membutuhkan solusi sesuai zamannya.
Saat itu, bayiku terlahir prematur, sehingga aku harus melakukan KMC (Kangaroo Mother Care) atau perawatan metode kanguru. Pada awal memiliki bayi, setiap hari aku menggendong bayiku dengan meletakannya di dada secara skin to skin. Metode KMC ini menjaga bayi prematur tetap hangat dan membantu menaikkan berat badannya. Saat melakukan KMC, tentu mobilitasku terbatas. Namun, keterbatasan ini tidak menghalangi aktivitas transaksi digital.
Beruntunglah aku menemukan beragam solusi lewat satu aplikasi, yaitu BRImo. Aktivitas digital banking menjadi bagian dari keseharianku sebagai ibu. Mulai dari belanja online, bayar tagihan rumah tangga, top-up dompet digital, membuat catatan keuangan, hingga investasi. Semua bisa dilakukan dalam satu aplikasi BRImo.
Urusan bayar belanja online di marketplace, aku tidak perlu repot keluar rumah untuk pergi ke mesin ATM. Beli diapers, susu, buku, mainan edukatif, dan sebagian besar kebutuhan bayi aku beli secara online. Selain lebih praktis karena tidak perlu keluar rumah, aku juga bisa berbelanja kapan pun tanpa khawatir toko tutup. Bahkan, dulu saat sering begadang karena menyusui new born, scroll marketplace dini hari jadi healing tersendiri. Tahu-tahu check out ini itu jam 3 pagi.
Bayarnya? Tentu saja mudah dan praktis karena ada aplikasi BRImo. Mau top-up saldo e-wallet untuk bayar belanja online juga sat-set banget lewat BRImo. Benar-benar layak disebut super apps! Oya, dengan berbagai pertimbangan, aku memang tidak pernah memilih pembayaran COD ketika berbelanja di marketplace. Aku selalu menyelesaikan pembayaran di awal lewat BRImo.
BRImo juga menyediakan kartu debit virtual yang mendukung urusan pembayaran online. Kartu ini dapat digunakan untuk bertransaksi di merchant online yang memiliki jaringan principle. Karena kartu ini digital, kita tak perlu khawatir kartu akan hilang atau rusak. Kabar baiknya, banyak promo menanti untuk pengguna kartu debit digital ini. Asyik, kan?
Selain membantu untuk urusan belanja dan pembayaran online, aplikasi BRImo juga menawarkan banyak fitur yang memudahkan urusan para ibu rumah tangga, seperti catatan keuangan. Nasabah bisa mencacat pengeluaran di aplikasi BRImo untuk mengetahui keluar masuknya uang agar mudah melacaknya. Jadi, kita tidak lagi bertanya-tanya, “Kok uangku tinggal segini? Apa saja yang aku beli?”
Kalau punya dana lebih untuk investasi, BRImo juga punya fitur investasi yang menawarkan berbagai instrument investasi seperti emas, surat berharga negara (SBN), dan deposito. Dengan aplikasi BRImo, kita tidak perlu menginstal banyak aplikasi keuangan karena BRImo memiliki banyak fitur yang mengcover kebutuhan nasabahnya.
CS Digital, Mesin Self Service untuk Beragam Kebutuhan Perbankan
Dulu, saat belum menikah, aku pernah mengantre lama di bank untuk mengganti kartu ATM-ku yang hampir expired. Aku memanfaatkan jam istirahat kantor untuk pergi ke bank. Namun, antrean di customer service cukup lama. Total aku membutuhkan waktu lebih dari dua jam mulai dari antre hingga proses pembuatan kartu ATM baru.
Setelah menikah dan punya anak, sebisa mungkin aku menghindari antrean panjang karena khawatir anak akan rewel atau tantrum di tempat umum. Karena itulah, sejak punya anak aku belum pernah mengantre di bank. Untungnya BRI selalu tanggap merespons perkembangan teknologi dengan menghadirkan CS digital.
CS Digital BRI adalah mesin one stop service yang memungkinkan nasabah melakukan berbagai transaksi perbankan secara mandiri. Layanan ini menggabungkan teknologi digital dan layanan pelanggan yang personal. Banyak layanan yang bisa diakses lewat CS digital ini, mulai dari pembukaan rekening, ganti kartu debit, cetak rekening koran, kirim rekening koran via email, cetak buku tabungan, hingga reissue PIN.
Bagi ibu dengan toddler sepertiku, CS digital sangat membantu urusan perbankan. Aku tidak perlu antre lama dan khawatir toddler akan rewel karena bosan. Harapanku ke depannya, makin banyak CS digital yang tersedia di Bank BRI, bukan hanya di kantor cabang, tetapi juga di unit-unit yang tersebar hingga pelosok negeri.
Berikut tutorial mencetak kartu ATM lewat mesin CS digital BRI:
Selain CS digital, BRI juga menyediakan layanan customer service berbasis artificial intelligence, yaitu Sabrina (Smart BRI New Assistant). Sabrina adalah Asisten Virtual BRI yang dapat membantu nasabah dalam berbagai aktivitas perbankan. Misalnya, memberikan informasi produk dan promo BRI, lokasi kantor cabang dan ATM BRI terdekat, serta membantu menyelesaikan masalah perbankan yang sering dihadapi nasabah.
Berbagai layanan digital tersebut membuktikan komitmen BRI dalam bertransformasi secara digital. Tercatat pada tahun 2023, terjadi lonjakan pesat penggunaan layanan digital BRI. Sebanyak 99% dari total transaksi telah dilakukan melalui kanal digital. Hal ini menunjukkan keberhasilan BRI dalam memenuhi kebutuhan nasabah di era digital.
Bagi orang lain, kemudahan yang didapat dari layanan digital BRI mungkin dianggap hal biasa di era digital ini. Tapi, bagi ibu dengan balita tanpa ART, kemudahan transaksi digital ini benar-benar berarti. Aku merasa sangat terbantu karena tidak perlu bolak-balik ke ATM untuk bayar belanja online, bayar listrik, dan transaksi lainnya. Aku juga tidak perlu mengantre lama untuk menemui customer service karena layanan yang aku butuhkan bisa diakses lewat CS digital. Bagiku, transaksi dan digitalisasi BRI telah menjadi bagian dari support system yang menemani perjalananku mendampingi buah hati. Terima kasih, BRI, sudah melayani dengan setulus hati.
Post a Comment
Post a Comment
meninggalkan komentar lebih baik daripada meninggalkan pacar. hehehe...