Dulu, orang pergi ke sawah untuk bekerja. Sekarang, (sebagian) orang pergi ke sawah untuk berwisata. Zaman telah berubah, begitu juga orang-orangnya. Ah, memang tak ada yang abadi di dunia ini, kecuali perubahan itu sendiri.
Dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan pedesaan, saya begitu akrab dengan sawah. Saat kecil dulu, sawah menjadi play ground saya dan teman-teman. Tak hanya berlarian mengejar layangan di pematang sawah, kami juga sering mencari sayur-sayuran seperti kangkung, genjer, dan sayur-sayuran lain yang sekarang susah didapatkan. Jika sudah dapat sayur, kami tak khawatir dimarahi orang tua saat pulang main. Hehehe....
Sekarang, tempat tinggal saya pun bersebelahan dengan sawah. Mewah, kata orang, alias mepet sawah. Setiap hari saya melihat sawah. Meski demikian, saya tetap tertarik dengan sawah yang dijadikan tempat wisata.
Sekitar bulan Februali 2018 lalu, sempat ramai di grup Facebook Info Warga Jember tentang sawah yang disulap menjadi tempat wisata cantik. Wisata Argopuro Garden, demikian namanya. Berlokasi di Kecamatan Tanggul dan tak jauh dari objek wisata Patemon Tanggul, tempat wisata baru ini menambah daftar destinasi wisata Jember, khususnya di Jember bagian barat. Karena lokasinya juga tak jauh dari rumah saya, maka saat pulang kampung beberapa waktu lalu saya sempatkan berkunjung ke tempat wisata baru ini.
***
Hanya butuh waktu sekitar 15 menit dari rumah saya untuk sampai di Wisata Argopuro Garden. Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp3.000,00 per orang, saya menyusuri gang di antara dua rumah, menuju halaman belakang. Pertama, saya disambut dengan pohon-pohon sengon yang batangnya berwarna-warni. Eits, jangan salah, pohon-pohon tersebut tidak dicat seperti batu-batu kali yang sempat viral itu, melainkan dililit kain warna-warni. Di bagian atas, banyak bola yang juga berwarna-warni tergantung di antara tali yang terhubung antarpohon. Beberapa hammock juga dipasang di pohon-pohon tersebut. Gazebo-gazebo juga dibangun mengelilingi kebun sengon. Beberapa rombongan terlihat beristirahat di gazebo-gazebo tersebut, melepas lelah dan menikmati suasana yang teduh.
Tak jauh dari kebun sengon yang penuh warna, beberapa petak sawah dihias sedemikian rupa menadi spot foto yang instagramable. Sayangnya, saat saya berkunjung, sebagian besar petak sawah telah melewati masa panen. Bibit padi baru ditanam di tanah yang kecokelatan. Hanya satu petak tanah di sebelah barat yang masih menghijau.
Sebuah rumah pohon dibangun sebagai gardu pandang untuk menikmati keseluruhan pemandangan dari atas. Dan tentu saja, juga sebagai spot foto. Sebagian orang bergantian naik ke rumah pohon. Sebagian lagi ayik berfoto di spot-spot lain di bawah. Sementara itu, serombongan murid-murid SD datang beramai-ramai bersama bapak dan ibu guru mereka. Sebelumnya, saya juga melihat rombongan anak TK berjalanan mengular di pematang sawah, dibimbing oleh guru mereka di barisan paling dengan dan belakang.
pemandangan dari rumah pohon |
Sinar matahari yang mulai panas di pagi menjelang siang itu tak menghalangi mereka untuk mengeksplorasi Wisata Argopuro Garden sekaligus belajar dari alam. Selain sebagai spot foto, tempat ini memang dibuka untuk wisata edukasi, meski sampai saat ini masih dalam proses pengembangan.
Turun ke petak sawah bagian bawah yang masih hijau, sebuah spot foto berbentuk love menjadi daya tarik bagi pengunjung. Murid-murid yang datang bersama gurunya berfoto di spot tersebut. Sementara, pengunjung lain mengantre sembari menikmati hijaunya daun-daun padi yang menyejukkan mata.
Mungkin sebagian orang akan berpendapat—seperti yang sudah-sudah, bahwa tempat seperti hanya tempat wisata alay yang sudah tidak alami lagi karena penambahan spot-spot foto di sana-sini. Namun, mari lihat lagi dari sisi lain. Masa kecil dan remaja generasi sekarang tentu berbeda dengan generasi millenial dan generasi-generasi sebelumnya yang baru akrab dengan teknologi saat mulai beranjak dewasa.
Dulu, kita bermain pasar-pasaran di kebun belakang rumah, masak-masakan, mandi di sungai, berlarian di pematang sawah, dan permainan-permainan lain yang dekat dengan alam. Jauh berbeda dengan anak kecil atau remaja saat ini yang sudah akrab dengan teknologi. Mereka memang masih bermain masak-masakan atau bercocok tanam, tapi semua itu dilakukan lewat layar gawai yang sulit lepas dari genggaman.
Manusia urban zaman sekarang telah menjadi “generasi ruang” yang sebagian besar waktunya dihabiskan di dalam ruangan; sekolah, kuliah, bekerja, istirahat, bahkan mencari hiburan. Cahaya matahari sering kali dihindari, tetapi kita justru menggantinya dengan cahaya lampu di dalam ruangan. Belum lagi pengharum ruangan yang disemprotkan untuk menciptakan bau harum di hidung namun justru mengotori paru-paru.
Maka, adanya tempat wisata seperti Wisata Argopuro Garden menurut saya patut diapresiasi. Atau minimal, tak perlu melabelinya sebagai tempat wisata alay. Sebab, Wisata Argopuro Garden bukan semata pemberdayaan ekonomi bagi warga sekitar, tetapi wisata murah meriah seperti ini mendorong banyak orang untuk beraktivitas di luar rumah, membuat Jember makin rame, menciptakan interaksi, dan tidak lagi menjadi “generasi ruang” yang enggan melihat dunia luar.
Jalan, yuk!
Uapik yo mbak. Jadi pengen ke sana. Next insyaAllah.
ReplyDeleteKalo pas hijau-hijaunya lebih bagus lagi.
Deletewah baru tau ini ada di Tanggul ya. Setuju sih kl zaman sdh berubah dan ini cara untuk akrab2an dgn alam (lagi) :)
ReplyDeleteLama nggak maen ke jember nih, kalau ada kesempatan ke sana, sempatin maen ke Argopuro Garden ini kali yaa...
ReplyDelete