Nyaris
segala sesuatu di dunia ini memiliki batas. Bahkan, manusia yang dianugerahi
akal pun memiliki batas. Misalnya, seorang penulis ingin menerbitkan buku, tapi
ia tak tahu bagaimana agar tulisannya dilirik oleh penerbit untuk kemudian
diterbitkan. Ketidaktahuan, itulah batasnya. Seorang pemuda ingin memulai
wirausaha, namun modalnya tak seberapa. Keterbatasan modal, itulah batasnya.
Sebagian (besar) orang terkungkung dalam batas tersebut. Sebagian (kecil)
lainnya mampu menembus batas. Mereka—sebagian kecil—itulah yang kemudian
menginspirasi karena berhasil menembus batas yang selama ini membatasi
kemampuan diri.
Menembus Batas, Menjadi Inspirasi bagi Negeri, demikian tema talkshow yang diadakan oleh JNE dalam rangka
Hari Blogger Nasional di Hotel Harper, Yogyakarta, Sabtu, 19 November 2016.
Hadir sebagai pembicara adalah Grace Melia, blogger peraih Special Award
Kartini Next Generation 2014, Uphie Mashar, pemilik toko online @stupidroom,
dan Pak Marsudi yang merupakan head of regional JNE Jateng-DIY, serta
moderator yang juga seorang blogger, Pungky Prayitno.
Menembus
Batas dengan Personal Branding
Dalam kesempatan tersebut, Grace
Melia menekankan paparannya tentang branding. Menjadi berbeda, menjadi unik, dan menjadi menarik.
Dalam dunia blogging, seorang blogger harus menyajikan sesuatu yang berbeda di
blog-nya untuk menarik minat pembaca. Hal ini mengingatkan saya pada pepatah
Arab yang berbunyi; khalif, tu'rof, yang artinya jadilah berbeda,
maka kamu akan dikenal. Popularitas memang bukan tolak ukur keberhasilan
seorang blogger, tapi dengan menjadi populer, berarti banyak
orang yang membaca blog kita. Dan, salah satu caranya adalah dengan membangun branding.
Grace Melia juga menyampaikan bahwa
dulu, dia sempat minder sebagai blogger yang tinggal di daerah, yang
kesempatannya tak sebanyak blogger di ibu kota. Namun, dia mampu menembus batas
yang diciptakan oleh rasa minder, yang justru memotivasinya untuk semakin maju.
“Jangan baperan juga,” imbuh Grace. Baper? Ya, dalam bersosial media, tak
jarang orang baper, misalnya karena permintaan pertemanan yang tidak
dikonfirmasi, pesan yang tidak dibalas, seseorang yang tiba-tiba meng-unfollow
kita, dan lain-lain. Nah, jadi blogger jangan baper.
Menembus
Batas dengan Wirausaha
Pembicara
kedua dalam talkshow ini adalah Uphie Mashar, ibu muda pemilik toko online
@stupidroom. Ada yang menarik, atau lebih tepatnya dramatis, dari kisah Uphie
sebelum mendirikan toko online-nya. Selepas lulus dari salah satu kampus di
Malang, ia melamar kerja di sebuah perusahaan di Yogyakarta, dengan harapan, di
kota pelajar ini dia bisa meraih kesuksesan. Namun, alih-alih sukses, dia
justru tidak lolos training. Sedih? Pastinya. Bingung cari kerja di
mana? Jelas iya. Lantas harus ke mana? Pulang? Tidak, dia tak siap pulang dan
menerima cibiran, “Siapa sih Uphie? Paling entar lagi juga nikah.” Sementara,
tagihan kos tak bisa dihindari, meski kantong semaki kering dari hari ke hari. Akhirnya, dia pun
diusir dari kos, bahkan menumpang di kos temannya.
Menembus
Batas dengan Inovasi
Jika
dua pembicara sebelumnya menyinggung soal branding, Pak Marsudi membicarakan
inovasi. Bagaimana pun, tak bisa diingkari bahwa branding saja tidak
cukup, tetapi kita juga butuh melakukan inovasi. Dia menjelaskan tentang
inovasi yang telah dilakukan oleh JNE selaku perusahaan yang bergelut di bidang
ekspedisi selama puluhan tahun. Salah satu inovasi tersebut diwujudkan dengan
aplikasi My JNE yang bisa diunduh di playstore. Aplikasi ini memudahkan
kita untuk melakukan tracking atau cek status kiriman, cek tarif, bahkan mencari lokasi JNE terdekat.
Tampilan aplikasi My JNE |
Tentu saja inovasi dilakukan untuk menjadi lebih baik, namun bukan berarti harus menganggap kompetitor sebagai musuh. “Kompetitor itu teman berbagi rezeki, bukan musuh,” kata head of regional JNE Jateng-DIY tersebut. Kebanyakan orang menganggap kompetitor sebagai “musuh”, tetapi sebenarnya secara tidak langsung kompetitor juga mendorong kita untuk menembus batas dengan melakukan inovasi.
Branding
dan
inovasi menjadi kata kunci dalam materi yang disampaikan oleh ketiga pembicara
malam itu. Jika kita kontekskan dengan dunia blogging sesuai dengan
perayaan Hari Blogger Nasional yang diperingati setiap 27 Oktober tersebut,
maka branding dan inovasi menjadi dua hal penting yang harus dibangun
oleh setiap blogger. Banyak blogger yang pandai menulis dan mendesain
blog-nya, tapi tak banyak yang mampu membangun branding dan inovasi.
Ya, dua hal tersebut memang bagian dari proses dalam “kawah candradimuka” yang
harus ditempuh oleh para blogger.
Ketiga
pembicara dalam talkshow malam itu merupakan sedikit dari mereka yang
mampu menembus batas dan memberi inspirasi. Mereka membuktikan bahwa
keterbatasan bukan halangan. Dan, siapa pun yang mampu menembus batas, maka ia
layak menjadi inspirasi untuk negeri.
Selamat
Hari Blogger Nasional!
Post a Comment
Post a Comment
meninggalkan komentar lebih baik daripada meninggalkan pacar. hehehe...